SISTEM PEMBERIAN
GAYA PRATEGANG
Secara umum, sistem pemberian gaya prategang pada beton ada 2 metoda, yaitu :
1. Pratarik (pra-tension),
dimana tendon
ditarik sebelum beton dicor
2. Pasca tarik (post-tension), dimana tendon
ditarik setelah beton dicor
III.1. Metoda Pratarik (Pra-tension)
Pelaksanaan pemberian prategang dengan
cara pratarik (pre-tension) didefinisikan
dengan memberikan prategang pada beton dimana tendon ditarik untuk ditegangkan
sebelum dilakukan pengecoran adukan beton ke
dalam bekisting yang telah disiapkan. Pelaksanaan cara pratarik ini, umumnya dilakukan pada
suatu tempat khusus di
lapangan pencetakan (casting yard). Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
1. Pertama-tama tendon dipasang memanjang di antara dua jangkar di tempat pengecoran
mengikuti pola tertentu sesuai dengan perhitungan seperti yang terlihat pada Gambar III.1.a. Tendon tersebut kemudian ditarik hingga mencapai nilai
tegangan tarik (fsi) tidak lebih besar dari 85% kuat tarik ultimitnya (fpu) dan tidak lebih dari 94% kuat lelehnya (fpy). Kemudian, tendon dalam keadaan tertarik tersebut di
angkur
kuat-kuat pada kedua ujungnya sedemikian rupa sehingga gaya tarik tetap tertahan pada tendon tersebut.
2. Apabila bekisting belum dipasang di tempatnya, segera dipasang mengitari beton sesuai dengan bentuk komponen yang direncanakan. Kemudian, dilakukan pengecoran adukan beton
ke dalam bekisting berisi tendon dalam keadaan tertarik
dan dilanjutkan dengan
pekerjaan perawatan pengerasan beton.
Dalam pelaksanaannya harus disertai upaya pengendalian keamanan dan
kualitas
pekerjaan mengingat resiko bahaya kecelakaan yang dihadapi, termasuk pelaksanaan perawatan pengerasan beton yang harus dijaga sebaik
mungkin,
sedemikian rupa sehingga didapat
hasil
akhir berupa beton mutu tinggi yang melekat
dengan baik pada tendon yang sudah ditegangkan (ditarik). Lihat Gambar III.1.b
|
3. Apabila
beton telah
mencapai kekerasan dan
kekuatan
|
' tertentu,
yang
memerlukan waktu ± 24 jam, tendon dipotong di tempat penjangkarannya. Karena
tendon terekat kuat dengan
beton, maka seketika setelah dipotong atau dilepas
pada angkurnya akan terjadi pelimpahan gaya prategang
tinggi (To) kepada beton, seperti tampak pada Gambar
III.1.c.
Gaya prategang mengakibatkan beton cenderung memendek apabila letak tendon
sentris terhadap penampang, atau melengkung akibat desakan apabila letak tendon
tidak sentris. Tegangan-tegangan yang timbul sesaat setelah tendon dipotong dari angkurnya disebut sebagai tegangan
pada saat transfer
(pelimpahan tegangan). Dengan
diputusnya tendon dan berlangsung pelimpahan
tegangan, beban mati
(berat sendiri) diperhitungkan bekerja serentak bersamaan dengan gaya prategang. Keadaan
tersebut diilustrasikan pada Gambar III.1.d yang
merupakan
keadaan tegangan paling kritis yang timbul sesaat setelah berlangsung pelimpahan, tetapi sebelum terjadi kehilangan
gaya prategang.
Untuk keadaan bersifat
sementara ini, SNI-03 memberikan batasan tegangan tarik di
|
1
bagian atas balok tidak melampui
4
|
' (sekitar 40% kuat tarik) dan tegangan
tekan di bagian tepi bawah tidak melebihi
0.6
|
f ' . Apabila tegangan tarik terhitung
melampui nilai tersebut, harus dipasang
tulangan tambahan (nonprategang atau prategang) di daerah tarik untuk memikul gaya tarik total dalam beton yang dihitung berdasarkan asumsi penampang utuh.
4. Setelah cukup kuat dan sesuai persyaratan, komponen prategang dapat dilepas dan diangkat dari cetakannya untuk dipindahkan ke lapangan
penyimpanan sehingga
tempat pencetakan dapat dipakai untuk proses prategang berikutnya.
a. Tendon ditarik di antara dua angkur
b. Bekisting dipasang dan adukan beton dicor di dalamnya
c. Tendon dipotong dan gaya tekan dilimpahkan kepada
beton
d. Kombinasi
beban mati dan prategang
e. Kombinasi
beban mati, beban hidup, setelah kehilangan
gaya prategang
Gambar III.1. Komponen Struktur Pratarik
Setelah proses hilangnya gaya prategang berlangsung (Gambar III.1.e), pada tahap pelayanan beban
kerja tersusun suatu kombinasi beban mati, beban hidup dan gaya
prategang.
SNI-03 memberikan batasan tegangan
tarik pada bagian tepi bawah balok
1
tidak boleh melebihi
2
|
f ' , sedangkan tegangan
tekan pada bagian tepi atas tidak
|
melebihi
0.45
f ' . Nilai tegangan tarik ijin tersebut diambil hanya sedikit di bawah nilai
|
modulus runtuh beton normal, yaitu
f r = 0.7
f ' , karena kemungkinan bahaya retak
atau tekuk secara tiba-tiba di
daerah tersebut hanya kecil karena umumnya posisi
tendon berada di dekat serat bawah.
III.2. Metoda Pasca Tarik (Post-Tension)
Pelaksanaan pemberian
prategang dengan cara
pasca
tarik (post-tension) didefinisikan sebagai
cara memberikan prategang pada beton, dimana tendon baru ditarik setelah
betonnya dicetak
terlebih dahulu dan mempunyai cukup kekerasan untuk menahan
tegangan sesuai
dengan yang dinginkan. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Bekisting beton dipasang di
tempat
yang
sesuai dengan rencana letak komponen struktur dengan
sekaligus dipasangi pipa selongsong lentur yang dibuat dari plastik atau
metal, yang akan menyelubungi
tendon. Pipa selongsong tendon diletakkan di dalam bekisting dengan
posisinya diatur dan ditahan untuk membentuk pola tertentu
sesuai dengan momen perlawanan yang direncanakan.
2. Kemudian adukan beton dicor ke dalam bekisting dengan menjaga agar pipa selongsong tendon
tetap kokoh
pada posisinya
dan tidak kemasukan adukan,
kemudian dilakukan perawatan pengerasan beton secukupnya sampai mencapai
kekuatan tertentu.
3. Selanjutnya, tendon dimasukkan ke dalam pipa selongsong yang sudah disiapkan
ke dalam beton. Pada
cara lain, ada juga yang
menempatkan pipa selongsong lengkap dengan tendon di dalam bekisting sebelum dilakukan pengecoran adukan beton.
4. Tendon ditarik dengan menggunakan jacking di satu ujung dan angkur mati atau plat
penahan pada ujung lainnya. Kadang-kadang angkur
mati
atau plat penahan sudah disiapkan dipasang tertanam pada ujung komponen.
Fungsi angkur digabungkan
dengan cara-cara yang mencengkram tendon agar tidak terjadi slip (penggelinciran) dalam rangka upaya agar beban atau tegangan tarikan
tetap bertahan pada tendon.
Pada saat penarikan tendon, sudah terjadi kehilangan gaya prategang berupa : perpendekan elastis,
kehilangan
tegangan akibat gesekan dan sebagian momen
beban mati sudah bekerja sebagai dampak dari posisi lengkung tendon.
Dengan
demikian, gaya jacking harus sudah
memperhitungkan hal-hal yang menyangkut kehilangan tegangan
tersebut.
Pembatasan tegangan-tegangan
ijin pada tahap- tahap pelimpahan dan pelayanan diambil sama dengan yang diberikan untuk cara
pra
tarik
5.
Apabila digunakan tendon bonded, terutama pada lingkungan korosif, ruang kosong
di dalam pipa selongsong yang mengelilingi tendon,
harus diisi penuh pasta semen dengan
cara disuntikkan
(grouting)
setelah tendon ditarik atau sebelum beban hidup bekerja.
Apabila demikian halnya, maka tegangan akibat beban hidup dihitung
berdasarkan penampang transformasi seperti yang dilakukan pada cara pra tarik.
Tetapi ada juga tendon yang tetap dibiarkan unbonded tanpa penyuntikan pasta semen,
tegantung pada kebutuhan untuk perlindungan tendon dan perhitungan ekonomi. Untuk keadaan demikian, gaya prategang hanya diperhitungkan bekerja
terhadap penampang betonnya saja (bukan penampang transformasi) paling tidak sampai tercapainya keadaan seperti pada Gambar
III.1.d.
6. Umunya
angkur ujung setelah
dikunci
(dimatikan) perlu ditutupi atau dilindungi
dengan lapis pelindung.
No
|
Metoda Pratarik
|
Metoda Pasca
tarik
|
1
|
Tendon prategang
ditarik sebelum beton pengecoran beton
|
Tendon prategang
ditarik setelah beton mengeras
|
2
|
Transfer prategang terjadi melalui kontak antara tendon
yang diputus dan beton disekelilingnya setelah beton mengeras
(jadi tidak memerlukan angkur)
|
Transfer
prategang terjadi melalui
kontak
antara
angkur
dan
beton penumpunya (jadi memerlukan angkur)
|
3
|
Layout tendon terbatas berbentuk linear
|
Layout
tendon dapat dibuat fleksibel
(menyesuaikan dengan bentuk bidang momen), umumnya berbentuk parabola
|
4
|
Jenis tendon yang umum digunakan adalah strand atau kawat tunggal
Dan umumnya dilakukan pada produksi beton pracetak
prategang
|
Memerlukan selongsong (ducting)
tendon
|
5.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
III.3. Penyuntikan Tendon Pasca Tarik (Grouting)
Untuk memberikan proteksi permanen pada baja pasca tarik dan
untuk
mengembangkan lekatan antara baja prategang dan beton di sekitarnya, saluran prategang harus diisi bahan
suntikan semen yang
sesuai dalam proses penyuntikan di bawah tekanan.
III.3.1. Material Penyuntikan
a. Semen Portland
Semen portland harus sesuai dengan salah satu dari spesifikasi ASTM C150, Tipe I, II atau III. Semen yang digunakan untuk menyuntik harus segar dan tidak mengandung
gumpalan apapun atau indikasi hidrasi atau “pack set”
b. Air
Air yang digunakan di
dalam suntikan harus air layak minum, bersih dan tidak mengandung zat yang membahayakan semen portland atau baja struktur.
c. Bahan Tambahan
Apabila menggunakan
bahan tambahan, harus bersifat mengandung
kadar air rendah, mempunyai aliran yang baik, hanya sedikit bleeding dan
ekspansi serta tidak mengandung bahan kimiawi yang membahayakan baja
prategang
atau semen, seperti klorida, flourida, sulfat dan nitrat.
III.3.2. Selongsong
a. Cetakan (Ducts)
1. Formed Ducts
Selongsong yang dibuat dengan
mengunakan lapisan tipis yang tetap di tempat. Harus berupa bahan yang
tidak memungkinkan tembusnya pasta
semen. Selongsong tersebut harus mentransfer
tegangan lekatan
yang dibutuhkan dan harus dapat mempertahankan bentuknya pada saat memikul berat beton. Selongsong
logam harus berupa besi, yang dapat saja digalvanisasi
2. Cored Ducts
Selongsong seperti ini harus dibentuk tanpa adanya tekanan yang dapat mencegah aliran suntikan. Semua material pembentuk saluran jenis ini disingkirkan.
b. Celah atau Bukaan Suntikan
Semua selongsong harus mempunyai bukaan untuk suntikan di
kedua
ujung. Untuk kabel
drapped,
semua titik yang
tinggi
harus mempunyai celah suntikan
kecuali
di lokasi
dengan
kelengkungan kecil,
seperti pada slab menerus. Celah suntikan atau lubang
buangan harus digunakan
di titik-titik rendah jika
tendon akan diletakkan, diberi tegangan dan disuntik pada cuaca beku. Semua celah atau bukaan suntikan harus dapat mencegah
bocornya
suntikan
c. Ukuran Selongsong
Untuk tendon
yang terdiri dari kawat, batang atau strands, luas selongsong
harus sedikitnya dua kali luas netto baja prategang. Untuk tendon yang terdiri atas satu
kawat, batang atau
strands, diameter selongsongnya harus sedikitnya ¼
lebih besar dari
pada
diameter
nominal
kawat, batang atau strands.
d. Peletakan Selongsong
Sesudah selongsong diletakkan dan pencetakan selesai, harus dilakukan pemeriksaan untuk menyelidiki kerusakan selongsong yang mungkin ada. Selongsong harus
dikecangkan
dengan
baik
pada jarak-jarak yang
cukup dekat, untuk mencegah peralihan selama pengecoran beton. Semua lubang atau bukaan
di selongsong harus
diperbaiki
sebelum pengecoran
beton. Celah atau
bukaan untuk penyuntikan harus diangkur dengan baik pada selubung
dan pada baja tulangan atau cetakan, untuk mencegah
peralihan
selama operasi pengecoran beton.
III.3.3. Proses
Penyuntikan
a. Selongsong dengan dinding beton
(cored
ducts)
harus
disemprot untuk menjamin bahwa beton dapat dibasahi dengan baik.
b. Semua celah titik tinggi dan suntikan harus terbuka pada saat penyuntikan dimulai.
Suntikan harus dapat mengalir dari celah
pertama
setelah pipa masukan sampai air
pembersih residual atau udara yang terperangkap telah dikeluarkan,
pada saat
mana celah tersebut
harus
ditutup.
Celah-celah
lainnya harus ditutup secara berurutan dengan cara
yang
sama. Proses
pemompaan pada masukan tendon tidak boleh melebihi 250 psig (1700 kPa).
c. Bahan suntikan harus dipompa melalui
selongsong dan
secara terus menerus ke luar di pipa buangan sampai tidak terlihat lagi ada air atau udara
yang keluar. Waktu keluar suntikan tidak boleh kurang dari
waktu pemberian
bahan suntikan.
Untuk menjamin
bahwa tendon tetap
terisi dengan
bahan suntikan, maka keluaran dan atau masukan harus ditutup. Tutup yang dibutuhkan tidak boleh lepas atau dibuka samapi bahan suntikan mengering.
d. Apabila aliran searah dari bahan suntikan tidak dapat dipertahankan,
maka suntikan harus segera dikuras dari saluran dengan air
e. Pada temperatur
di
bawah
0o C, saluran harus
dijaga
bebas air
untuk
menghindari kerusakan akibat pembekuan
f. Temperatur
tidak boleh 1.67o C atau lebih tinggi dari temperatur pada
saat penyuntikan sampai kubus suntikan yang berukuran 5.08 cm (2”) mencapai kuat tekan sebesar 5.5 MPa
g. Bahan
suntikan tidak boleh
melebihi 32.2oC selama
pencampuran atau
pemompaan. Jika perlu, pencampuran air harus didinginkan.
III.4. Tegangan Izin Maksimum Beton dan Tendon
III.4.1. Tegangan izin beton untuk komponen struktur lentur
1. Tegangan beton
sesaat sesudah penyaluran gaya
prategang (sebelum terjadinya kehilangan
tegangan sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampui nilai berikut :
a. Tegangan serat terluar
b. Tegangan serat tarik terluar kecuali seperti yang diizinkan
dalam (c)
c. Tegangan serat tarik terluar pada ujung-ujung komponen
struktur di atas perletakan sederhana
|
0.6 f '
|
1 '
4 ci
|
1 '
2 ci
Bila tegangan tarik terhitung melampui nilai tersebut di atas, maka harus dipasang tulangan
tambahan (non
prategang) dalam daerah
tarik untuk memikul gaya
tarik total
aksial dalam beton,
yang dihitung
berdasarkan asumsi suatu penampang utuh yang belum retak
2. Tegangan beton pada
kondisi layan (sesudah memperhitungkan semua kehilangan prategang
yang mungkin
terjadi) tidak
boleh melampui nilai berikut :
a. Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang,
beban mati dan beban hidup tetap
|
0.45 f '
b. Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang,
beban mati dan beban hidup total
c. Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada
|
0.6 f '
|
|
awalnya mengalami tekan
1 '
d. Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekan dari komponen-komponen struktur
(kecuali
pada
sistem pelat
dua arah), dimana analisis yang didasarkan pada
penampang retak transformasi dan hubungan momen-lendutan bilinier
menunjukkan
bahwa lendutan
seketika dan
lendutan
|
|
jangka panjang terpenuhi
1 '
3. Tegangan izin
dalam
1
dan
2
boleh dilampui
apabila dapat ditunjukkan
dengan pengujian atau
analisis bahwa kemampuan
strukturnya tidak berkurang dan lebar retak yang terjadi tidak melebihi nilai yang disyaratkan.
III.4.2. Tegangan izin tendon prategang
Tegangan tarik pada tendon prategang tidak boleh melampui nilai berikut :
1. Akibat pengangkuran tendon 0.94
f py
Tetapi tidak lebih besar dari nilai terkecil
0.8 f pu
dan nilai maksimum
yang
direkomendasikan oleh
pabrik
pembuat
tendon prategang atau
perangkat angkur
2. Sesaat setelah penyaluran gaya prategang
0.82
Tetapi tidak lebih besar dari 0.74 f pu
f py
3. Tendon
pasca
tarik, pada daerah
angkur dan
sambungan, segera setelah
penyaluran gaya 0.70
f pu
III.5. Gambar-gambar
Gambar III.2. Jenis Tendon Prategang
Gambar III.3. Contoh Angkur Hidup untuk Multistrand (VSL)
Gambar III.4. Contoh Angkur Tengah (VSL)
Gambar III.5. Contoh Angkur Mati (VSL)
Gambar III.6. Contoh Angkur Mati (VSL)
Gambar III.7. Contoh Angkur Kopel (VSL)
Gambar III.8. Prosedur Jacking
Gambar III.9. Selongsong (Duct) Tendon
Gambar III.10. Jacking Tendon Prategang
Gambar III.11. Tendon yang telah di jacking
Gambar III.12. Detail Balok Prategang
Gambar III.13. Detail Penulangan
III.6. Istilah-istilah
Angkur
Suatu alat
yang digunakan untuk menjangkarkan
tendon kepada komponen struktur beton dalam sistem pasca tarik atau suatu alat yang digunakan untuk menjangkarkan tendon selama proses pengerasan beton dalam sistem pra tarik
Beton prategang
Beton bertulang
yang telah diberikan
tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja
Gaya Jacking
Gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik
pada tendon dalam beton prategang
Pasca Tarik
Cara pemberian tarikan, dalam sistem prategang dimna tendon ditarik sesudah
beton mengeras
Perangkat angkur
Perangkat
yang digunakan pada
sistem prategang
pasca tarik untuk
menyalurkan gaya pasca tarik dari tendon ke beton
Perangkat angkur strand tunggal
Perangkat yang digunakan untuk strand tunggal atau batang tunggal berdiameter
16 mm dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
Perangkat angkur strand majemuk
Perangkat yang
digunakan
untuk strand,
batang atau kawat majemuk, atau
batang tunggal berdiameter lebih besar daripada 16 mm dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Pratarik
Pemberian gaya prategang dengan menarik tendon sebelum ditarik
Prategang efektif
Tegangan yang masih bekerja pada tendon setelah semua kehilangan
tegangan terjadi, di luar pengaruh beban mati dan beban tambahan.
Tendon
Elemen baja, misalnya kawat baja, kabel batang, kawat untai atau suatu bundel dari elemen-elemen
tersebut yang
digunakan untuk
memberi
gaya prategang
pada beton
Tendon dengan lekatan
Tendon yang direkatkan pada beton baik secara langsung ataupun dengan cara grouting.
Tulangan
Batang
baja berbentuk
polos atau
berbentuk ulir atau
berbentuk
pipa yang berfungsi
untuk
menahan
gaya tarik
pada
komponen struktur beton, tidak termasuk tendon prategang kecuali bila secara khusus diikutsertakan
Tulangan polos
Batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak berukir
Tulangan ulir
Batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir
Tulangan spiral
Tulangan yang dililitkan secara menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris
Zona Angkur
Bagian
komponen struktur prategang pasca tarik
dimana
gaya parategang
terpusat disalurkan ke beton
dan
disebarkan
secara
lebih
merata ke seluruh bagian penampang. Panjang
daerah zona
angkur
ini
adalah sama dengan
dimensi tersebar penampang. Untuk perangkat angkur tengah, zona
angkur mencakup daerah terganggu di depan dan di belakang perangkat angkur tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar